Jika
sebelumnya pernah diulas sedikit gambaran umum yang mungkin belum cukup untuk
dijadikan bekal tentang bagaimana untuk bermain saham di pasar modal, khususnya
bagi pemula. Paparan berikut ini akan menggambarkan lebih jauh tentang memulai
investasi di pasar modal. Intinya adalah bagaimana memilih saham yang akan
dibeli dan kapan saham tersebut boleh dibeli. Dan itu digambarkan melalui
analisis fundamental serta analisis teknikal dari setiap saham.
Lalu, apa
manfaatnya buat Anda? Secara sederhana, analisis fundamental adalah untuk
mengetahui kinerja dari suatu perusahaan. Dan berdasarkan analisis fundamental
Anda dapat memutuskan apakah saham tersebut layak beli atau tidak. Semakin
bagus kinerja dari perusahaan dimaksud, semakin layaklah saham itu untuk
dikoleksi. Sementara itu, analisis teknikal akan menggambarkan kapan sebaiknya
saham tersebut dibeli dan atau kapan harus dijual. Singkat kata, dalam
berinvestasi di pasar modal, tentukan dulu keranjang saham yang layak untuk
dibeli. Ini didasarkan atas analisis fundamental. Langkah berikutnya adalah
memilih saham-saham mana saja yang akan ditransaksikan. Tentu saja, kalau harga
saham tersebut cukup murah, maka pada saat itulah saham tersebut Anda beli.
Bagaimana langkah-langkahnya? Begini...
Pertama,
siapkan sekeranjang saham yang siap untuk Anda beli. Caranya sederhana. Cermati
analisis para analis pasar modal yang banyak ditulis di berbagai surat kabar.
Lalu berdasarkan analisis tersebut, pelan-pelan Anda kumpulkan saham-saham
untuk dimasukkan dalam daftar potensi beli bagi portofolio saham Anda. Katakan,
Anda sudah memiliki 10 saham yang menurut hemat Anda secara fundamental
saham-saham tersebut menjanjikan. Apakah langsung boleh Anda beli? Jelas tidak.
Itu adalah kandidat saham saja. Langkah berikutnya, Anda mesti meneliti kembali
saham-saham itu ada di sektor apa? Jangan sampai ke-10 saham yang Anda lirik
itu berada pada sektor yang sama. Sebab, mereka adalah pesaing, yang kinerjanya
bisa saling bertabrakan. Konkretnya, Anda mesti memilih saham-saham dari sektor
yang berbeda. Ini disebut dengan diversifikasi sektor. Misalnya, ada saham yang
bergerak di perbankan/ keuangan, saham di sektor pertambangan, saham di sektor
perkebunan, saham di sektor properti, dan lain sebagainya. Tentu saja, belum
tentu semua sektor tersebut akan cemerlang. Sebab, faktor ekonomi makro akan
memengaruhi kinerja pada masing-masing sektor. Oleh karena itu, pilihlah saham
dari sektor-sektor yang secara pribadi Anda cukup mengenal karakteristiknya.
Ini akan memudahkan Anda mencerna analisis fundamental yang sudah disiapkan
para analis. Setelah Anda memutuskan sektor mana yang menjadi prioritas Anda,
barulah kemudian Arida pilih beberapa saham dari sektor-sektor tersebut.
Sebagai pemula, tidak perlu memilih banyak saham. Apa lagi jika dana Anda
terbatas. Cukup menyiapkan 4 sampai 5 saham saja. Misalnya dari 2 atau 3
sektor. Dengan demikian, Anda bisa fokus pada saham-saham tersebut. Sekarang
Anda sudah memiliki beberapa alternatif kandidat saham. Tapi, apakah
saham-saham tersebut masih cukup murah atau sudah mahal? Ini penting, karena
kendati Anda membeli saham bagus, namun kalau harganya sudah sangat mahal, maka
potensi kenaikan harga dari saham tersebut sudah tinggal sedikit. Oleh karena
itu, Anda mesti bisa menentukan saham-saham yang berkualitas yang harganya
masih cukup murah.
Bagaimana
menentukan sebuah saham murah atau sudah kemahalan? Banyak konsep mengenai hal
ini. Namun, pendekatan yang paling sederhana adalah dengan menghitung PER
(Price Earning Ratio), atau harga saham tersebut dibandingkan dengan laba
perusahaan dimaksud. Saat ini PER rata-rata di pasar modal adalah sekitar 14 X.
Dus, kalau PER saham yang hendak Anda beli masih di bawah 14 X, maka saham
Saham dan
Pasar Modal: Menghindari Jebakan Saham tersebut belum bisa disebut sebagai
saham mahal. Tentu saja, selain itu Anda juga perlu melihat ROE (Return on
Equity), alias imbal hasil dari modal perusahaan itu sendiri. Beberapa kalangan
menganggap ROE yang balk adalah 2 kali tingkat suku bunga bank. Kalau saat ini
suku bunga berkisar 7 persen, maka ROE perusahaan mestinya ada di atas 14
persen. Itu berarti, jika ada saham yang ROE-nya di bawah 14 X dan ROE-nya di
atas 14 persen, maka saham tersebut secara fundamental tergolong baik.
Kedua,
cermati analisis teknikal dari masing-masing saham yang sudah Anda seleksi
secara fundamental. Ini untuk memberikan informasi, kapan saham-saham tersebut
mulai bisa Anda koleksi. Bagaimana caranya mencermati analisis teknikal? Banyak
analis memberikan gambaran dalam bentuk grafik, bar chart, dan lain sebagainya,
yang kemudian akan diimbuhi oleh rekomendasi buy, sell, hold, dan juga target
price dari saham dimaksud. Tidak ada yang keliru dari analisis semacam itu.
Tapi, tidak juga memberikan jaminan, bahwa rekomendasi para analis itu akan
situ dan sesuai kenyataan. Kenapa? Karena harga saham bukan terbentuk dari
aspek fundamental saja, tetapi juga dari aspek sentimen pasar. Analisis
teknikal menggambarkan terbentuknya sebuah harga yang dikaitkan dengan sentimen
pasar pada saat itu. Contohnya, ketika krisis melanda pasar modal di tahun
2008, tidak peduli saham berfundamental bagus maupun jelek, semuanya mengalami
kejaruhan harga. Kenapa demikian? Karena hampir seluruh investor menjual
sahamnya dan lebih suka memegang cash. Ini dipicu oleh rasa takut terhadap
imbas krisis akibat subprime mortgage yang melanda Amerika Serikar pada waktu
itu. Itu berarti, harga yang digambarkan oleh teknikal analisis sangat
dipengaruhi oleh suasana kebatinan atau psikologis investor, yang setiap saat
bisa berubah.
Namun, lepas dari itu, analisis teknikal bisa
memberikan sinyal beli atau sinyal jual dari suatu saham. Dan sinyal itu bisa
Anda pertimbangkan untuk kapan membeli atau menjual saham. Bagaimana rumus
sederhananya? Seperti baru saja diuraikan. Banyak konsep yang mengulas soal
analisis teknikal, tetapi konsep yang paling sederhana adalah, harga saham
diperkirakan akan naik kembali, setelah menyentuh level paling dasar dari harga
yang pernah terbentuk sebelumnya. Dan untuk mengetahui level dasar tersebut,
cermati pergerakan harga saham tersebut dalam kurun waktu satu tahun atau 6
bulan terakhir. Jika harga saat ini sudah di bawah pergerakan harga
rata-ratanya, dan mulai mengalami peningkatan, maka itu bisa dianggap sebagai
indikator untuk siap-siap membeli saham dimaksud.