JESSE LIVERMORE "THE SPECULATOR KING"
Jesse Lauriston Livermore (1877-1940) adalah legenda pasar saham, dikenal sebagai ‘Raja Spekulan’ (Speculator King) dan ‘great bear of Wall Street’ karena meraup keuntungan yang sangat besar saat pasar Wall Street bearish dalam crash tahun 1907 dan 1929. Walau demikian, Livermore bukanlah spekulan untung-untungan seperti penjudi. Ia penuh perhitungan dalam menentukan timing dan money management, serta mahir dalam mengendalikan emosinya.
Di masa itu, analisa teknikal belum seluas dan secanggih sekarang, namun Livermore telah menerapkan formasi pola pergerakan harga (price patterns), teknik memaksimalkan keuntungan dengan pyramiding, dan analisa trend harga dengan kaidah ‘cut losses, let profits run’.
Di masa itu, analisa teknikal belum seluas dan secanggih sekarang, namun Livermore telah menerapkan formasi pola pergerakan harga (price patterns), teknik memaksimalkan keuntungan dengan pyramiding, dan analisa trend harga dengan kaidah ‘cut losses, let profits run’.
2 Kali Menang Dari Crash Pasar Wall Street
Saat terjadi crash di pasar Wall Street tahun 1907, Jesse Livermore berhasil menyabet profit sebesar USD3 juta dalam sehari hanya dengan memanfaatkan pasar yang sedang panik. Kemudian pada momen crash di pasar Wall Street tahun 1929 akibat resesi yang berkepanjangan, Livermore lagi-lagi berhasil mencetak keuntungan sebesar USD100 juta, kali ini dengan timing dan momentum yang tepat plus money management yang bagus."Tidak ada yang baru di Wall Street. Trader atau spekulan tetap saja demikian, tidak ada yang baru. Spekulasi sama tuanya dengan usia gunung dan bukit. Yang terjadi di pasar saham sekarang telah pernah terjadi sebelumnya dan akan terjadi lagi besok. Tidak ada yang baru. Masuklah pasar hanya saat pasar trending, jika bullish Anda harus buy, jika bearish masuk posisi sell. Cuma cara itu yang bisa menghasilkan keuntungan sebenarnya…" kata Livermore yang dijuluki trader misterius karena aktivitas tradingnya dilakukan secara rahasia di sebuah kantor pribadi di Fifth Avenue, New York.
Seperti cara tradingnya yang misterius, gaya hidup pribadi Jesse Livermore yang 3 kali menikah dan cenderung mewah itu juga penuh tanda tanya. Tanpa alasan jelas, Livermore bunuh diri di sebuah hotel di Manhattan dengan meninggalkan harta kekayaan hingga USD5 juta pada tahun 1940.
Kunci Sukses Jesse Livermore
Dari uraian di atas, jelas sekali bahwa kunci sukses Jesse Livermore
diperoleh dari penggunaan metode trading yang terukur, bukan asal
tebak-tebakan saja. Dalam mengarungi dunia trading di masanya, ia telah
banyak menemui keuntungan tapi tak jarang juga mengalami kerugian.
Livermore mengklaim bahwa semua kerugian yang dialami adalah akibat ketidak-patuhannya pada aturan dan rencana trading yang telah disepakati.
Walau demikian, menurut Livermore hal itu tidak bisa dihindarkan
kecuali Anda bisa trading tanpa emosi sama sekali. Menurutnya, 3 hal
utama yang patut dihindari karena menyebabkan kerugian adalah:- Kurang matangnya pengetahuan trader mengenai instrument pasar
- Aturan trading (metode dan strategi) yang tidak tegas
- Pelanggaran terhadap aturan yang telah disepakati
Beberapa aturan trading Jesse Livermore yang banyak digunakan hingga sekarang antara lain:
- Tidak masuk pasar ketika kondisi pasar sideways atau arah trend tidak jelas
- Menerapkan pivot point daily untuk mengetahui arah pergerakan harga
- Selalu menunggu konfirmasi baik dari segi teknikal maupun fundamental sebelum benar-benar melakukan order buy atau sell
- Selalu menggunakan stop loss (menentukan resiko)
- Exit hanya bila trend berbalik arah (reverse)