Seperti
telah dipahami bersama, secara sederhana, analisis fundamental adalah untuk
mengetahui kinerja dari suatu perusahaan. Dan berdasarkan itu Anda bisa
memutuskan apakah saham tersebut layak beli atau tidak. Semakin bagus kinerja
dari perusahaan tersebut, semakin layaklah saham itu untuk dikoleksi. Lain
halnya, analisis teknikal akan menggambarkan kapan sebaiknya saham tersebut
dibeli dan atau kapan harus dijual. Jelas, dalam berinvestasi di pasar modal,
tentukan dulu keranjang saham yang layak untuk dibeli, ini berdasarkan analisis
fundamental. Kemudian, memilih saham-saham mana saja yang akan ditransaksikan
kalau harga saham tersebut cukup murah maka pada saat itulah saham tersebut
Anda beli.
siapkan sekeranjang saham yang siap untuk Anda beli. Berdasarkan pengamatan
atas analisis para analis pasar modal yang banyak ditulis di berbagai surat
kabar, pelan-pelan Anda kumpulkan saham¬saham untuk dimasukkan dalam daftar
potensi beli bagi portofolio saham Anda. jika Anda sudah memilih beberapa saham
yang secara fundamental menurut Anda menjanjikan, apakah pasti boleh dibeli?
Belum tentu. Itu baru sebatas kandidat saham. Anda perlu meneliti kembali
saham-saham itu ada di sektor apa saja? Jangan sampai saham yang Anda pilih
tadi berada di sektor yang sama. Bisa jadi mereka adalah pesaing yang
kinerjanya bisa berbenturan satu sama lain.
Konkretnya,
Anda mesti saham dari beberapa sektor yang berbeda. Ini
disebut dengan diversifikasi sektor. Bisa jadi ada saham yang bergerak di
perbankan/keuangan, saham di sektor pertambangan, saham di sektor perkebunan,
bahkan saham di sektor properti, dan lain sebagainya. Tentu saja, belum tentu
semua sektor itu akan cemerlang. Bagaimanapun faktor ekonomi makro akan
memengaruhi kinerja masing-masing sektor.
Maka
pilihlah saham dari sektor-sektor yang karakteristiknya cukup Anda kenal secara
pribadi. Hal ini akan memudahkan Anda mencerna analisis fundamental yang sudah
disiapkan para analis. Setelah Anda memutuskan sektor mana yang menjadi
prioritas Anda, barulah Anda memilih beberapa saham dari sektor-sektor
tersebut.
Sebagai
pemula, tidak perlu bermain di terlalu banyak saham. Apa lagi jika dana Anda
terbatas. Cukup siapkan sekitar 4 sampai 5 saham saja, misalnya dari 2 atau 3
sektor. Tentunya, dengan begitu, Anda bisa fokus pada saham-saham tersebut. Kini Anda
sudah memiliki beberapa alternatif kandidat saham. Tapi, apakah saham-saham
tersebut masih cukup murah atau sudah mahal? Ini penting diperhatikan, karena
meski Anda membeli saham bagus tapi kalau harganya sudah mahal, maka potensi
kenaikan harganya tinggal sedikit. Ini berarti Anda mesti bisa menentukan mana
saham yang berkualitas namun harganya masih cukup murah.
Lalu,
bagaimana untuk menentukan apakah sebuah saham masih murah atau sudah
kemahalan? Banyak pendekatan untuk menjawabnya. Tetapi, pendekatan yang paling
sederhana adalah:
Pertama,
dengan menghitung PER (Price Earning Ratio), atau harga saham tersebut
dibandingkan dengan laba perusahaan dimaksud. Saat ini PER rata-rata di pasar
modal adalah sekitar 14x. Kalau PER saham yang hendak Anda beli masih di bawah
14x, itu berarti saham tersebut masih belum termasuk saham mahal. Anda juga
perlu melihat ROE (Return on Equity), alias imbal basil dari modal perusahaan
itu sendiri. Ada kalangan yang menganggap ROE yang baik adalah 2 kali tingkat
suku bunga bank Misal suku bunga saat ini ada di kisaran 7 persen, maka ROE
perusahaan mestinya ada di atas 14 persen. Artinya, secara fundamental saham
itu tergolong baik ketika ROE-nya di bawah 14 X dan ROE-nya di atas 14 persen.
Kedua,
cermati analisis teknikal dari masing-masing saham yang sudah Anda seleksi
secara fundamental. Gunanya adalah sebagai informasi, kapan saham-saham
tersebut mulai bisa dikoleksi. Banyak analis yang memberikan gambaran dalam
bentuk grafik, bar chart, dan lain sebagainya, yang kemudian akan diimbuhi oleh
rekomendasi buy, sell, hold, dan juga target price dari saham dimaksud. Tidak ada
yang keliru dari analisis semacam itu. Namun juga tidak ada jaminan bahwa
rekomendasi para analis akan jitu dan sesuai kenyataan. Bagaimanapun, harga
saham bukan terbentuk melulu dari aspek fundamental, tapi juga dari aspek
sentimen pasar. Analisis teknikal menggambarkan terbentuknya sebuah harga yang
dikaitkan dengan sentimen pasar pada saat itu. Sebagai contoh, ketika krisis
melanda pasar modal pada 2008 lain, tidak peduli saham berfimdamental bagus
maupun jelek, semuanya jatuh secara harga. Kenapa? Hampir seluruh investor
menjual sahamnya dan lebih suka memegang tunai. Hal ini dipicu oleh rasa takut
terhadap imbas krisis sub prime mortgage yang melanda Amerika Serikat pada saat
itu. Terbukti sudah bahwa harga yang digambarkan oleh analisis teknikal juga
sangat dipengaruhi oleh suasana kebatinan atau psikologis investor, yang setiap
saat bisa berubah.
Bagaimanapun,
analisis teknikal bisa memberikan sinyal beli atau sinyal jual dari suatu
saham. Dan sinyal itu bisa dijadikan pertimbangan untuk kapan beli atau jual
saham. Banyak konsep yang mengulas soal analisis
teknikal. Namun konsep yang paling sederhana adalah harga saham diperkirakan
akan naik kembali setelah menyentuh level paling dasar dari harga yang pernah
terbentuk sebelumnya. Dan untuk mengetahui level dasar tersebut, cermati
pergerakan harga saham tersebut dalam kurun waktu satu tahun atau enam bulan
terakhir. Dalam hal ini, Jika harga sekarang sudah berada di bawah pergerakan
harga rata-ratanya, bahkan sudah mulai meningkat, ini dapat dianggap sebagai
indikator untuk siap-siap membeli saham tersebut. Selamat mencoba