Recent Posts

Nicolas Darvas

Menyebut spekulan terkenal tidak akan lengkap tanpa menyebut Nicolas Darvas. Darvas mengembangkan teori yang disebutnya Box Theory yang berhasil membawanya mengubah modal sebesar $25.000 menjadi $2juta hanya dalam waktu 18 bulan. Siapakah Nicolas Darvas? Mengapa majalah Times sampai memberikan hampir satu halaman penuh baginya? Sepertinya tidak akan cukup untuk menceritakan mengenai Darvas dan teorinya tanpa mengetahui perjalanan pencariannya. Perlu diingat bahwa metode Darvas ini sangatlah spekulatif dan sangat berbeda dengan metode investasi konvensional seperti Value Investing

Darvas sendiri adalah seorang penari profesional yang sering sekali mengunjungi berbagai negara karena ada panggilan show. Ketertarikannya pada saham dimulai ketika pasangan saudara kembar, Al dan Harry Smith yang menawarkan untuk memberikan saham sebagai honor menarinya. Darvas menyetujuinya dan menerima 6.000 lembar saham Brilund yang pada saat itu dijual di bursa Kanada seharga 50 sen dollar per lembarnya. Tanpa disadarinya, dalam waktu 2 bulan Brilund melesat menjadi $1,90 per lembar dan memberinya keuntungan senilai lebih dari $8 ribu. Rasa penasarannya terhadap saham mulai muncul dan dimulailah petualangannya. Ia mulai bertanya kesana kemari mengenai saham. Pada awalnya ia bertanya kepada broker-nya untuk mendapatkan rekomendasi saham dan berakhir dengan kerugian yang dideritanya. Portfolionya yang semula bernilai $11.000 tinggal bersisa $5.800.

Pada titik inilah Darvas memutuskan untuk membuka rekening di Wall Street dan ia pun menambah dananya menjadi $10.000 untuk itu. Ia memperhatikan bahwa informasi mengenai saham lebih mudah didapatkan dan lebih lengkap di sana. Sejak itu, Darvas mulai mempelajari kondisi fundamental saham. Ia mulai membaca laporan keuangan perusahaan dan menemukan saham-saham yang bagus dan murah. Ia pun membeli saham-saham tersebut. Darvas melupakan satu hal. 
Diperlukan kesabaran untuk berinvestasi saham berdasarkan kondisi fundamentalnya. Bagi Darvas, saham-saham tersebut terlalu ’stabil’ pergerakannya dan tidak cocok baginya. Sampai pada suatu ketika Darvas memanfaatkan fasilitas margin untuk membeli saham Jones & Laughlin dengan menjaminkan apartemennya di Las Vegas, saham yang dibelinya jatuh. Darvas pun terpaksa menjual sahamnya untuk menghindari kerugian lebih lanjut. Ia menderita kerugian sebesar $9.000 akibat dari transaksi tersebut. Darvas menyebut masa-masa ini sebagai krisis pertamanya.

 Dalam kondisi tertekan tersebut, Darvas mulai memperhatikan saham Texas Gulf Producing. Ia tertarik karena pergerakannya seperti yang dilihatnya di surat kabar. Ia tidak mengetahui rumor apapun mengenai saham tersebut maupun kondisi fundamentalnya. Saham yang dibelinya terus menerus pada kisaran harga 37 1/8 sampai dengan 37 ½  memberinya keuntungan cukup besar ketika ia menjualnya di 43 ¼. Kerugian yang dideritanya di Jones & Laughlin membawanya untuk menyusun box theory yang terkenal.

Darvas menyadari bahwa jika suatu perubahan fundamental terjadi pada perusahaan, perubahan tersebut akan terlihat pada kenaikan harga dan volume perdagangan sahamnya. Yang menjadi pertanyaan baginya adalah bagaimana caranya mendeteksi saham-saham seperti itu? Darvas mengandaikannya seperti ini. Apabila seorang wanita cantik yang menggairahkan naik ke atas meja dan mulai menari dengan liar, orang-orang tidak akan heran karena memang itulah perilaku yang diharapkan darinya. Akan tetapi jika seorang wanita terhormat melakukan hal yang sama, orang-orang akan menyadari bahwa hal tersebut tidak biasa dan pasti ada sesuatu. Hal yang serupa berlaku pada saham. Apabila saham yang sebelumnya ’tidur’ tiba menjadi aktif, Darvas menganggap hal tersebut tidak biasa. Apabila harga saham tersebut kemudian naik, maka Darvas akan membelinya. Lebih lanjut lagi, Darvas menemukan bahwa saham yang sedang uptrend akan memiliki jeda sementara sebelum melanjutkan kenaikannya. Saat jeda ini (sideways), saham akan naik turun dalam range tertentu yang disebutnya ’box’. Box merupakan batas atas dan batas bawah harga yang dalam beberapa hari tidak dapat ditembus. Di zaman modern ini kita mengidentifikasi box ciptaan Darvas ini sebagai trading range. Upper box-nya adalah resistance dan lower box-nya adalah support.

Jika memang benar saham dalam kondisi uptrend, maka box-box yang dihasilkan akan membentuk piramida. Darvas akan terus membeli selama box-box membentuk piramida. Apabila box selanjutnya yang terbentuk lebih rendah daripada box sebelumnya, ia akan dengan segera menjual seluruh sahamnya. Pelajaran awal yang didapatkan oleh Darvas saat mengembangkan teori ini adalah level pembelian. Pada awalnya, ia membeli ketika saham berada pada upper box yang akan segera turun setelah ia melakukan pembelian. Ia menyimpulkan bahwa ia telah membeli saham yang tepat namun pada waktu yang salah. Untuk memperbaiki kesalahan ini, ia menyimpulkan bahwa pembelian saham harus dilakukan ketika saham menembus upper box. Ia akan membeli di harga 1 point di atas upper box. Namun ternyata masih ada kelemahan dari entry point ini. Karena kesibukannya yang menyebabkan Darvas hanya bisa mengamati harga saham ketika pasar telah tutup, ia sering melewatkan momen ketika suatu saham menembus upper box nya yang bisa terjadi kapan saja dalam satu hari perdagangan. Saat itulah Darvas atas saran pialangnya mempergunakan stop order. Ia bisa secara otomatis melakukan pembelian dan penjualan tanpa harus memantau pasar. Ketika telah melakukan pembelian, Darvas meletakkan titik stop loss hanya 1 point di bawah upper box yang lama. Konsekuensinya, dalam satu hari ada kemungkinan ia akan masuk dan keluar dari suatu posisi. Jika saham yang ia beli naik seperti yang diharapkan, Darvas akan mulai mencari upper box dan lower box-nya dan mulai menaikkan trailing stop. Demikian terus berulang-ulang sampai dengan uptrend mulai patah. Dengan metode ini, ia akan mengalami kerugian yang kecil-kecil namun sering. Akan tetapi ketika ia benar, ia akan terus riding dan menghasilkan keuntungan yang besar. Dengan cara inilah ia berhasil memperoleh $2 juta hanya dalam waktu 18 bulan.


Pada dasarnya, Darvas mengelompokkan harga saham ke dalam box-box. Dia akan terus membeli dan menahan saham yang telah dibelinya selama box yang terbentuk selanjutnya lebih tinggi daripada box sebelumnya.

Berikut adalah ringkasan strategi tradingnya:

Hipotesis:
Apabila terjadi perubahan fundamental yang positif terhadap suatu saham, maka hal tersebut akan segera tercermin pada kenaikan harga sahamnya.

TRADING RULES:
Entry Strategy:
Pembelian awal:
  1. Cari saham yang break new high dengan volume yang besar.
  2. Pembelian dilakukan ketika suatu saham membuat new high tanpa harus menunggu harga penutupan.
  3. Stop loss diletakkan 2 fraksi harga di bawah previous high yang berhasil ditembus.
  4. Ceiling (bagian atas dari box) dikatakan telah terbentuk apabila harga tertinggi yang baru tidak tertembus dalam 3 hari berturut-turut.
  5. Setelah ceiling terbentuk, maka kita dapat menentukan floor (bagian bawah dari box) dari box yang baru dengan cara yang sama (namun berkebalikan) dengan cara kita menentukan ceiling.
Riding the stock
  1. Ketika harga menembus ceiling dan membuat box yang baru (dengan harga lebih tinggi tentunya), biarkan stop loss yang lama sampai dengan ceiling dan floor dari box yang baru terbentuk.
  2. Pada saat ceiling dari box yang lama tertembus, lakukan lagi pembelian
  3. Ketika ceiling dan floor dari box yang baru telah terbentuk, ubah stop loss menjadi 1 fraksi harga di bawah floor dari box yang baru.
Exit Strategy:
Exit dari market dilakukan ketika stop loss dari poin 3 pada bagian ’pembelian awal’ dan poin 2 pada bagian ’riding the stock’ tersentuh.
Cara mencari saham yang potensial (bisa dilakukan dengan membaca bagian keuangan di surat kabar):
  1. Perhatikan arah pasar
  2. Perhatikan 2-3 saham di dalam industri untuk mengamati bagaimana industri-industri tersebut berperilaku sehubungan dengan arah pergerakan pasar.
  3. Perubahan harga saham-saham yang kita miliki atau yang kita minati.
  4. Melihat sekilas keseluruhan saham untuk mendeteksi apakah ada saham yang harga dan volumenya beperilaku tidak seperti biasanya. Cara lainnya adalah dengan memperhatikan bagian ’most active stock’ atau ’top gainer’.
Secara intuitif, apabila kita mengikuti aturan-aturan yang diterapkan oleh Darvas ini, kita akan selalu berusaha mengikuti suatu saham selama harga saham tersebut kecenderungannya naik.
Mengapa Darvas memilih mulai melakukan pembelian saat harga menembus historical high? Pada kondisi normal, kenaikan harga saham akan tertahan oleh dua pihak, yaitu:
  1. Profit taker. Orang-orang yang menjual sahamnya karena telah mendapatkan keuntungan.
  2. Trader nyangkut. Mereka membeli saham di harga yang tinggi dan tidak mau melepas sahamnya ketika bergerak turun. Ketika harga kembali naik, maka orang-orang yang telah menanti sekian lama ini memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menjual sahamnya.
Ketika kita membeli saat harga saham menembus historical high, satu-satunya lawan kita adalah profit taker. Tidak ada trader nyangkut yang berusaha menjual sahamnya. Oleh karena itulah saham yang mencetak new high relatif lebih mudah untuk melanjutkan kenaikannya.
Disiplin dalam mematuhi stop loss yang telah kita tetapkan. Ketika mengikuti metode Darvas, kita menjadi highlander yang menghadapi risiko tinggi. Stop loss yang ketat akan membantu kita ketika saham yang kita miliki jatuh harganya. Penerapan metode ini akan membuat kita mengalami kerugian kecil-kecil karena saham yang kita beli gagal take-off. Kerugian tersebut akan terbayar ketika saham yang kita beli terus naik. Darvas sendiri dengan sangat pede memanfaatkan fasilitas margin secara penuh ketika dia yakin bahwa dia membuat keputusan yang tepat.

Disclaimer is on.