Coba cermati
pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Berkali-kali menembus rekor baru,
bahkan akhir-akhir ini sudah di sekitar 4950. Padahal di awal tahun 2010,
indeks masih berada di kisaran 2400. Kenaikan indeks yang pesat tersebut, jelas
menggembirakan bagi para pelaku di pasar modal. Investor institusi maupun
investor ritel berpeluang memetik keuntungan besar dari saham-saham yang
ditransaksikannya.
Bayangkan,
ada saham yang dalam waktu seminggu harganya melonjak puluhan persen. Bahkan
tidak sedikit saham yang secara harian harganya bergerak di atas lima persen.
Jelas ini, merupakan imbal hasil yang luar biasa. Apalagi jika dibandingkan
dengan tingkat bunga deposito atau tabungan yang hanya memberikan bunga sekitar
6 persen per tahun. Di pasar modal, keuntungan 6 persen itu bisa diraih dalam
jangka waktu harian, mingguan ataupun bulanan saja. Apakah Anda tertarik?
Tunggu dulu. Itu adalah cerita indahnya.
Dalam
realitasnya, tidak sedikit investor, khususnya investor ritel apalagi pemula,
yang babak belur ketika mencoba mengadu peruntungan di pasar modal. Apa pasal?
Banyak faktor. Tapi yang paling sering terjadi adalah minimnya pengetahuan
tentang pasar modal. Kemudian lebih berperannya emosional dibandingkan
rasional. Seperti contoh barusan, tatkala indeks melesat tinggi, bukan berarti
semua saham terus meningkat harganya. Banyak juga saham-saham yang malah
terperosok.
Di sisi
lain, peningkatan harga saham tidaklah bersifat permanen, apalagi jika kenaikannya
bukan didorong oleh faktor fundamental, melainkan sekadar sentimen pasar.
Misalnya, ketika saham A bergerak ke atas. Naik mulai dari 1 persen, 2 persen,
3 persen bahkan mungkin 4 persen. Para investor tergiur melihat kenaikan harga
saham tersebut dan mereka ikut-ikutan membeli, pada saat harga sudah cukup
tinggi.
Dengan kata
lain, tatkala investor ritel sudah masuk, harga sudah telanjur tinggi.
Harapannya tentu saja adalah harga saham itu akan semakin naik. Namun yang
terjadi adalah sebaliknya. Keesokan harinya harga saham A terjun bebas, kembali
ke harga semula. Kenapa? Karena mereka yang memberi di awal melakukan profit
taking. Menjual kembali saham tersebut. Sementara para investor ritel masih
memegang saham tadi. Alhasil, investor ritel mengalami kerugian besar. Itulah
yang kerap terjadi di pasar modal. Konkretnya, pasar modal menjanjikan
keuntungan besar, tetapi di sisi lain juga menawarkan kerugian besar. Ini
sesuai dengan prinsip high risk high return. Lantas, kalau situasinya seperti
itu, apakah tidak usah mengadu nasib di pasar modal? Tidak juga. Pasar modal,
tetap merupakan alternatif lahan investasi yang bisa dipertimbangkan oleh siapa
saja, termasuk oleh Anda, jika menginginkan aset bertumbuh secara lebih cepat.
Namun, tentu saja banyak kriteria yang sebaiknya dipertimbangkan sebelum Anda
menanamkan uang Anda dalam berbagai saham, apalagi jika Anda tergolong investor
pemula. Apa saja kriteria tersebut? Kita lihat dalam bahasan berikut ini.
Pertama, prinsip slap menerima keuntungan,
tetapi slap juga menanggung kerugian. Artinya, kalau dana yang Anda tempatkan
di pasar modal ternyata bernasib buruk, maka Anda tidak akan jatuh miskin.
Dengan kata lain, jangan menggunakan "uang dapur" untuk berinvestasi
di pasar modal. Lain hal, kalau Anda sudah tergolong pakar di bidang saham,
boleh¬boleh saja seluruh harta Anda dipertaruhkan. Namun kalau Anda masih
tergolong pemula, maka gunakan sedikit saja dulu dari dana yang Anda miliki,
untuk memulai investasi di pasar modal. Lakukan penjajagan dan pengenalan
terhadap karakteristik serta perilaku pasar modal. Ini seperti pepatah,
"tak kenal maka tak sayang". Jadi, pelan-pelan kenali pasar modal.
Dan itu mesti dilakukan dengan cara "bermain" langsung. Tidak sekadar
konsep-konsep. Sebab, prinsip investasi di pasar modal adalah eksperience alias
merasakan langsung denyut nadinya. Merasakan naik turun harga saham, ketika
Anda sudah membelinya.
Kedua, memastikan prinsip investasi Anda
apakah sebagai trader, growth investor atau value investor. Apa maksudnya? Ini merupakan
pilihan bagi investor yang menanamkan dananya di pasar modal. Jika Anda
memiliki nyali sekeras baja, memiliki cukup banyak waktu untuk memonitor pasar
dan memiliki aloes untuk mendapatkan berbagai informasi serta rumor dan
berorientasi jangka pendek, maka Anda boleh mencoba untuk menjadi trader.
Setiap hari bermain saham, beli pagi jual sore, atau beli sore jual keesokan
harinya, dan seterusnya. Akan tetapi, jika Anda tergolong investor yang
berorientasi jangka menengah panjang dan tidak terlalu punya waktu, maka Anda
sebaiknya menjadi growth investor dengan memilih saham-saham yang
fundamentalnya bagus dan perusahaan/emiten memiliki potensi untuk bertumbuh
kembang. Anda beli sahamnya dan berharap dalam 6 bukan atau setahun rnendatang,
harganya akan meningkat. Dengan menjadi growth investor Anda tidak perlu sibuk
melihat pergerakan harga saham, karena orientasi Anda bukanlah pergerakan
harian.
Selain itu,
Anda juga bisa memilih menjadi value investor. Artinya, Anda membeli
saham-saham yang berharga sangat murah dan kemudian memegangnya dalam kurun
waktu yang sangat panjang, bisa di atas 1 tahun, dan berharap saham-saham
tersebut akan meningkat atau paling tidak kembali ke harga wajarnya. Mana
pilihan terbaik? Semua bisa baik dan semua bisa tidak baik, jika Anda keliru
memilih. Dengan kata
pilihan
tersebut mesti disesuaikan dengan karakteristik pribadi Anda. Jika Anda
tergolong risk taker, menjadi trader boleh dipertimbangkan. Namun jika Anda
bukan kalangan tersebut, maka menjadi growth investor atau value investor
merupakan pilihan yang lebih baik.
Ketiga, memilih saham dan melakukan
transaksi. Dalam jargon pasar modal dikenal istilah analisis fundamental dan
analisis teknikal. Analisis fundamental bertujuan untuk mengetahui kinerja
perusahaan/emiten yang sahamnya diperdagangkan di bursa; sedangkan analisis
teknikal untuk mengetahui rekam jejak pergerakan harga saham dimaksud dan
faktor yang memengaruhinya. Untuk menjadi piawai dalam berinvestasi saham,
tentu ada baiknya kedua analisis tersebut dipelajari dan dipahami. Namun, jika
Anda tidak cukup punya minat dan mungkin tidak cukup waktu, boleh ambil jalan
pintas dengan membaca saja hasil analisis dari para analis saham, baik itu
analisis fundamental maupun analisis teknikal. Inti dari kedua jenis analisis
tersebut adalah untuk menggambarkan prospek dari saham yang dianalisis. Selamat
mencoba.