Ini
khususnya bagi orang-orang yang sudah memegang saham. Menjual di sini, bisa
dalam artian untuk memperoleh profit, karena harga saham di pasar sudah lebih
tinggi dibandingkan ketika saham dibeli. Tetapi, menjual saham juga bisa
dilakukan untuk mencegah kerugian yang lebih dalam, karena harga saham tidak
kunjung naik dan bahkan berada di bawah harga beli, atau malah terus merosot.
Nah, dalam situasi seperti itu, seorang investor mesti mengambil keputusan,
apakah saham yang telah dimilikinya, sebaiknya dijual atau dipegang terus.
Kali ini,
kita akan membahas kapan waktu yang tepat untuk membeli saham. Dan membeli
saham di sini, bukan semata-mata terhadap saham yang belum dimiliki, tetapi
juga bisa dengan maksud untuk menambah jumlah saham yang telah dimiliki. Dan
pembelian itu pun dapat dilakukan dengan motif untuk meningkatkan keuntungan.
Apa maksudnya? Jika Anda sudah memiliki saham A, misalnya. Dan harganya
ternyata naik terus. Anda bisa saja bukan menjual saham yang telah Anda miliki,
tetapi malah menambah jumlah saham tersebut, sehingga pada gilirannya nanti,
ketika harga sudah tidak meningkat dan Anda bermaksud menjualnya, maka nilai
penjualan saham Anda akan lebih besar. Itu disebut dengan istilah
"averaging up". Demikian juga jika saat ini Anda memegang saham yang
harga di pasar jauh di bawah harga beli. Jika Anda yakin, saham tersebut akan
meningkat, maka saat ini Anda mesti membeli lagi saham yang sama dalam jumlah
cukup besar, sehingga rata-rata harga beli saham tersebut akan lebih rendah.
Ini akan memudahkan Anda untuk melepasnya, karena tidak perlu menunggu kenaikan
harga yang tinggi. Sebab, harga rata-rata beli Anda sudah lebih rendah
ketimbang pertama kali Anda beli. Ini diistilahkan dengan "averaging
down". Pertanyaannya, kapan waktu yang pas untuk membeli saham-saham
tersebut?
Secara
konseptual, pembelian saham dilakukan ketika harga saham masih murah dan dijual
ketika harganya meningkat. Ini basic sekali. Disebut juga dengan istilah
"buy low, sell high". Masalahnya, kapan sebuah saham dianggap murah?
Secara teoretis tentu banyak cara untuk mengetahuinya. Misalnya, dengan melihat
berapa price to book value (PBV) atau price earning ratio (PER) dari sebuah saham.
Jika PBV dan PER-nya relatif rendah dibandingkan perusahaan sejenis lainnya,
maka saham tersebut dianggap murah. Tapi apakah lantas bisa langsung dibeli?
Tunggu dulu. Bisa jadi setelah Anda bell, harganya tetap segitu-gitu saja.
Kenapa? Karena kinerja perusahaannya memang jelek dan tetap jelek. Jadi, mama
mungkin harga sahamnya akan meningkat.
Selain itu,
ada juga konsep yang disebut dengan "buy high, sell higher". Artinya
Anda membeli saham yang harganya sudah tinggi, balk itu dilihat dari PBV maupun
PER-nya. Namun bisa saja tetap mengalami peningkatan, baik karma kinerja
perusahaan yang terus meningkat, atau karena investor lain juga berminat untuk
mengoleksi saham tersebut. Masalahnya, berapa jauh satu saham bisa terus
"terbang tinggi"? Katakanlah saham A, harganya Rp1.000. Lalu
mengalami peningkatan menjadi Rp1.100. Lalu Anda beli di harga Rp1.100, dengan
harapan akan naik lagi menjadi Rp1.200. Apakah memang seperti itu? Bisa
terjadi, bisa juga malah sebaliknya. Setelah mencapai harga Rp1.100, Anda
membeli dad investor lain yang menjual, dan pada gilirannya, harga saham akan
kembali ke Rp1.000. Maka yang Anda peroleh adalah potensi kerugian. Lantas
bagaimana caranya menghindari semua itu? Bagaimana menghindari agar Anda tidak
terjebak dalam perangkap harga semu saham?
Pertama,
siapkan sekeranjang saham pilihan yang secara fundamental memang bagus. Ini
biasanya disebut dengan saham-saham "blue chip" atau saham-saham yang
masuk dalam kategori LQ 45. Tentu saja, Anda mesti melakukan diversifikasi
sektor dari saham yang ada di keranjang tersebut. Untuk memilih calon-calon
saham yang hendak dibeli, Anda bisa menggunakan hasil analisis berbagai
perusahaan sekuritas. Selain itu juga saham-saham rekomendasi banyak tertera di
surat kabar maupun Internet.
Kedua,
memilih dari isi keranjang, saham yang siap untuk dibeli. Bagaimana caranya?
Saham-saham yang sudah masuk dalam keranjang tentu harus Anda analisis,
mengenai beberapa hal. Misalnya, berapa volume transaksinya secara harian dalam
beberapa pekan, atau bulan terakhir. Percuma harga saham itu murah, kalau
volume transaksinya rendah. Karena, ketika Anda beli, maka akan sulit untuk
menjualnya kembali. Untuk melihat volume transaksi tersebut, bandingkan saja
nilai jual belinya dengan saham-saham lain yang ada dalam keranjang pilihan
saham Anda. Intinya, pertimbangkan hanya saham yang volume transaksinya besar.
Jadi, kalau di keranjang tersebut ada 10 saham, maka setelah diseleksi aspek
volume transaksinya, mungkin hanya tersisa 5 saham yang layak bell. Dan sebagai
investor ritel, memang sebaiknya jangan mengelola terlalu banyak saham. Lima
saham sudah cukup, asalkan kemudian, secara rutin Anda mempelajari dan
mengenali saham-saham tersebut secara lebih dalam.
Ketiga,
kapan mulai membeli saham-saham tersebut? Secara umum, saham-saham yang
memiliki fundamental bagus dan volume transaksi besar, bisa dibeli ketika
harga sahamnya mengalami koreksi. Tetapi, koreksi tersebut lebih disebabkan
oleh faktor sentimen pasar, bukan karena fundamental yang anjlok. Apalagi,
kalau tujuan Anda membeli saham dimaksud adalah untuk jangka yang cukup
panjang, apakah itu dipegang dalam kurun waktu 6 bulan, setahun dan seterusnya.
Jadi bukan untuk perdagangan harian. Makna terhadap keseluruhan pasar
memang lagi negatif, yang dicerminkan oleh penurunan indeks harga saham
gabungan. Dengan kata lain, yang mengalami penurunan harga bukan cuma saham
yang Anda bidik, tetapi juga saham-saham lain.
Hal-hal yang
dipaparkan tersebut adalah "dasar" pengetahuan untuk membeli saham.
Tetapi, keberhasilan dalam membeli saham juga dipengaruhi oleh faktor lain,
seperti informasi dan timing. Di pasar modal, biasanya pada awal semester
adalah saat yang ramai untuk transaksi. Kenapa? Karena emiten-emiten baru
melaporkan kinerja semester pertama. Jika kinerjanya bagus, sahamnya pasti akan
diburu investor. Dan jika Anda mengetahui informasi semacam itu, tentu Anda
bisa turut serta mengoleksi saham-saham yang kinerjanya bagus. Selamat mencoba.